BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Justifikasi
kematian atau biasa dikatakan alasan atau penyebab kematian, seringkali
diabaikan. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa ada beberapa penyebab
kematian yang sebenarnya sering kita temukan namun kita abaikan.
Dalam
makalah ini kami akan membahas beberapa hal yang diduga menjadi faktor penyebab
kematian tertinggi diindonesia maupun didunia.
Dari
bebrapa faktor tersebut, kemudian dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu
kematian yang secara langsung diinginkan, dan kematian yang tidak diinginkan
namun terjadi karena bebrapa alasan atau beberapa faktor.
1.2
TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan
dengan justifikasi kematian
1.2.2
Tujuan Khusus
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai sarana pembelajaran dan juga sebagai sumber
pengetahuan mengenai justifikasi kematian dan beberapa faktor yang menjadi
penyebabnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Justifikasi Dan Justifikasi Kematian
Justifikasi menurut KBBI : merupakan putusan
(alasan, pertimbangan) berdasarkan hati nurani. Dengan demikian justifikasi
kematian dapat diartikan sebagai sebuah alasan atau penyebab kematian.
Ada banyak hal yang mengakibatkan seseorang
mengalami kematian, entah itu disengaja atau yang lazim disebut dengan bunuh
diri, maupun karena faktor lain yang berasal dari luar keingan orang tersebut
untuk meninggal.
Penyebab justifikasi sendiri, dibagi atas dua
penyebab yaitu yang berasal dari keinginan orang itu sendiri maupun akibat
hal-hal lain seperti penyakit, usia dan bahkan ajal.
2.2
Klasifikasi
Justifikasi Kematian
A.Kematian Yang
Berasal Dari Keinginan Individu Itu Sendiri
1. BUNUH
DIRI : Dari data WHO menunjukan bahwa rata-rata kurang lebih 800.000 orang
diseluruh dunia, melakukan tindakan bunuh diri dari setiap tahunnya. Menurut
Dr.Benedetto Saraceno dari departemen
kesehatan jiwa WHO, lebih dari 90% kasus bunuh diri berhungang dengan masalah
gangguan jiwa seperti depresi, psikotik, dan ketergantungan zat (napza).Kondisi
lain yang perlu mendapat perhatian adalah bunuh diri karena loyalitas
berlebihan terhadap suatu (altruistic suicide) yang dilakukan dalam bentuk bom
bunuh diri. Banyak ahli mengaitkan hal tersebut sebagai manifestasi dari
akumulasi kekecewaan, perlakuan tidak adil, atau tersisihkan.
2. EUTANASIA
Eutanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan
suntikan yang mematikan.
B.
Kematian Yang Berasal Dari Faktor Lain
Berikut
akan dipaparkan beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab kematian antara
lain:
1.
Usia
Usia merupakan hal yang
lazim dijadikan penyebab kematian seseorang, walau kini usia yang muda tidak
menjadi jaminan bahwa oseseorang tidak akan mengalami kematian.
2.
Masalah
Napza Serta Dampaknya
Narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza) tergolong dalam zat
psiko aktif yang bekerja mempengaruhi kerja sistem penghantar sinyal saraf
(neurotransmiter) sel – sel susunan saraf pusat (otak) sehingga menyebabkan
terganggunya fungsi kognitif (pikiran), persepsi , daya nilai (jugment),
prilaku, serta dapat penyebabkan efek ketergantungan, baik fisik maupun psikis.
Penyalahgunaan napza di indonesia sekarang sudah merupakan ancaman yang serius
bagi kehidupan bangsa dan negara.
Pengungkapan
kasusnya di indonesia meningkat rata – rata 28.9% per tahunnya. Tahun 2005,
pabrik ekstasi terbesar ke-3 di dunia terbongkar di tanggerang, banten. Di
indonesia di prediksi terdapat sekitar 1.365.000 kasus penyalahgunaan napza aktif dan data perkiraan
estimasi terakhir menyebutkan bahwa pengguna napza di indonesia mencapai
5.000.000 jiwa.
Mengikuti
laju perkembangan kasus tersebut, dijumpai pula peningkatan epidemi penyakit
hepatits C dan kasus HIV/AIDS yang modus penularannya melalui penggunaan jarum
suntik yang tidak steril secara bergantian pada
pengguna napza suntik (penasun) atau injecting drug user (IDU). Pola
edemik HIV/AIDS di Indonesia tak jauh berbeda dengan negara – negara lain. Fase
awal penyebarannya melalui kelompok homo seksual kemudian tersebar melalui
pelaku seksual beresiko tinggi seperti pada pekerja sekskomersial. Namun,
beberapa tahun belakangan ini di jumpai kecenderungan peningkatan secara cepat
penyebaran penyakit ini diantara para penasun.
Berbagai
sumber memperkirakan orang dengan HIV/ADIS ( ODHA) di Indonesia telah mencapai
KL 120.000. orang dan sekitar 80% dari jumlah tersebut terinfeksi karena
penggunaan jarum yang tidak steril dan di pakai secara bergantian pada para
penasun. Jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun 2000 – 2005 meningkat dengan
cepat menjadi empat kali lipat atau sebesar 40%. Data pada akhir tahun 2005
menyatakan bahwa refelensi penularan HIV/AIDS pada penasun adalah 80 – 90%,
artinya hampir 90% dari total penasun dipastikan telah terinfeksi HIV/AIDS
(P.Djatmiko,2007)
2.3
Justifikasi Kematian di Indonesia
Penyebab
dan tanda tanda Bayi Meninggal dalam kandungan:
Bagi
ibu ibu yang sedang hamil selalu berharap dan berdo'a agar kandunganya selalu
baik, dan janin yang dikandung selalu sehat. Namun ada beberapa ibu yang
khawatir dengan kesehatan janinnya, apalai kasus kematian bayi dalam kandungan
tidak sedikit. Banyak pertanyaan sebenarnya pa penyebab kematian bayi dalam
kandungan serta apa tanda tanda bayi yang meninggal dalam kandungan. Berikut
ini penjelasan lengkap tentang Penyebab dan tanda tanda bayi atau janin yang
meninggal dalam kandungan. Kematian bayi dalam kandungan atau disebut Intra
Uterin Fetal Death (IUFD), yaitu kematian janin dalam kandungan yang terjadi
pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua. Apabila
terjadi pada trimester pertama disebut keguguran atau abortus.
Penyebab :
1.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2.
Preeklampsia dan eklampsia
3.
Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta
Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
Waspada jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun dan bisa picu kematian janin.
4. Kelainan
kongenital (bawaan) bayi.
Yang bisa
mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan
dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa
menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari
banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau
terjadi kelainan pada paru-parunya.
5. Ketidakcocokan
golongan darah ibu dan janin.
Terutama pada
golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B, sedangkan
ibu bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam kandungan darah
ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok
dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodi.
6.
Janin yang hiperaktif.
Gerakan
janin yang berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja, bisa mengakibatkan
tali pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya,pembuluh
darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin
akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut
bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak.
Hingga saatini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa
terdeteksi. Sehingga, perlu diwaspadai apabila ada gejalayang tidak biasa pada
saat hamil.
7. Gawat
janin.
Bila air ketuban
habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan ibunya. Kondisi
ini bisa mengakibatkan janin “tercekik” karena suplai oksigendari ibu ke janin
terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi (CTG). Mula-mula
detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun hingga di bawah
rata-rata.
8.
Kehamilan lewat waktu (postterm)Kehamilan lebih dari 42
minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan
sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan
oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
akibatnyacairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa
dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri
umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
9. Infeksi
saat hamil.
Saat hamil ibu
sebaiknya menjaga kondisi tubuh denganbaik guna menghindari berbagai infeksi
bakteri atau virus. Demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan
akan panas tubuh ibunya.
10. Kelainan
kromosom.
Kelainan
kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi. Akan
tetapi, jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan.
Selain biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban
dari plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir
prematur.
Tanda-tanda
1.Tidak ada gerakan janin.
1.Tidak ada gerakan janin.
Pada
ibu hamil yang sudah merasakan gerakan bayi (biasanya pada kehamilan lebih dari
5 bulan) perlu diwaspadai jika dalam sehari tidak merasakan gerakan bayi.
Gerakan bayi yang normal minimal 10 kali dalam sehari.
2.Waspadai tanda-tanda “kritis” pada bayi.
2.Waspadai tanda-tanda “kritis” pada bayi.
Sebelum
bayi tidak bergerak sama sekali, biasanya didahului tanda-tanda “kritis”.
Timbul gerakan yang sangat hebat atau sebaliknya, gerakannya semakin pelanatau
lemah.
3.Bila kehamilan tak kunjung membesar.
3.Bila kehamilan tak kunjung membesar.
Ibu
harus curiga bila pertumbuhan kehamilan tidak sesuai bulannya.
Apabila terjadi hal-hal tersebut di atas, sebaiknya segera periksa ke dokter walaupun belum waktunya pemeriksaan ulang. Sehingga sebelum terjadi kematian dokter bisa melakukan tindakan pencegahan.
Apabila terjadi hal-hal tersebut di atas, sebaiknya segera periksa ke dokter walaupun belum waktunya pemeriksaan ulang. Sehingga sebelum terjadi kematian dokter bisa melakukan tindakan pencegahan.
Bila
sudah diketahui penyebabnya, maka dokter tentu juga akan mengatasi penyebab.
Misalkan apabila ada infeksi pada ibu, maka akan diobati infeksinya. Kalau
ibunya diabetes, maka diobati diabetesnya.
Dengan
bantuan optimal, maka gawat janin bisa membaik kembali. Karena untuk janin
dengan tanda-tanda gawat janin tak selamanya harus dikeluarkan. Karena
dikeluarkan pun harus melihat usia kehamilan. Kalau usianya masih muda, tidak
mungkin ia dilahirkan segera. Pada usia kehamilan muda paru-paru belum
terbentuk sempurna. Sehingga di luar pun tak mungkin bisa bernafas. Jadi, yang
dilakukan dokter adalah mempertahankan dengan mengatasi penyebabnya tersebut.
Jika
tak tertolong lagi, maka janin yang sudah meninggalharus segera dilahirkan.
Proses kelahiran dilakukan secara normal agar tidak terlalu merugikan ibu. Operasi
hanya dilakukan jika ada halangan untuk melahirkan normal. Misalnya, bayinya
mati dalam posisi melintang, ibu mengalami preeklampsia, plasenta previa dan
sebagainya, maka operasi cesar terpaksa dilakukan.
Pengaruh
Pada Ibu dengan janin yang meninggal sebaiknya jangan dibiarkan di dalam rahim
lebih dari 2 minggu, sebab jika terlalu lama akan memengaruhi faktor-faktor
pembekuan darah ibu. Zat pembekuan darah atau fibrinogen bisa turun dan
menyebabkan darah sulit membeku. Bila ini terjadi, akan berakibat fatal kala
ibu melahirkan. Jika fibrinogen rendah, maka perdarahan yang terjadi pada
proses persalinan akan sulit berhenti dan hal ini berakibat fatal bagi si ibu.
Untuk mencegahnya, sebelum dilakukan tindakan persalinan, bila telah diketahui
janin sudah meninggal, maka dokter akan mengecek fibrinogennya. Kalau
fibrinogennya turun, maka harus diberi obat fibrinogen. Namun kasus janin
meninggal dalam kandungan lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. Biasanya
tubuh ibu akan terjadi reaksi penolakan dan timbul proses persalinan. Akan
tetapi ada ibu yang tidak menyadari kalau janinnya sudah meninggal. Bahkan
sampai janinnya membatu atau mengeras. Hal ini terjadi karena kurang pekanya si
ibu, terlebih lagi karena tak ada reaksi penolakan pada tubuhnya. Biasanya
terjadi pada ibu yang tidak menyadari kalau ia hamil, begitu menyadari janinnya
sudah meninggal dalam kandungan atau bahkan telah membatu. Mengeluarkan janin
yang telah membatu lebih berisiko, bisa terjadi komplikasi, misalnya ada
perobekan di dinding rahim dan jalan lahir. Adverise
Bayi meninggal dalam kandungan atau bahasa
medisnya intra uterin fetal death yang artinya janin meninggal pada usia
kandungan lebih dari 20 minggu ( Trimester kedua).jika terjadi sebeluum
terimester kedua maka disebut keguguran.Penyebab meninggalnya
bayi pada usia kandungan trimester kedua ini bisa disebabkan oleh:
- Ibu menderita hipertensi
- eklampsia atau preeklampsi
- Obat-obatan
- Trauma
Kematian bayi dalam kandungan dapat terjadi apabila ibu pernah mengalami trauma benturan dsb - Pendarahan
Apabila terjadi pendarahan akibat adanya plasenta yang menutup jalan lahir (plasenta previa )atau bisa juga kerena terlepasnya plasenta dari tempat implantasi palsenta sebelum bayi lahir maka akan menyebabkan penurunan Hb janin dan jika tidak segera ditangani dapat memicu kematian janin dalam kandungan. - Gerakan janin yang hiperaktif
gerakan janin yang berlebihan bisa menjadi pemicu kematian janin karena terpelintirnya tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibunya,ini bisa terjadi jika gerakan janin hanya satu arah saja.dengan terputusnya tali pusat tersebut maka suplai makanan,oksigen serta lainnya yang dibutuhkan janin selama dalam kandungan akan tersumbat. - Postterm
Kehamilan lewat waktunya akan mengakibatkan plasenta menua dan fungsinya berkurang.air ketuban bisa saja berubah jadi kental dan terhisap masuk kedalam paru janin.untuk menghindari ini sebaiknya secara rutin periksa kehamilan ibu dengan USG. - Ibu mengalami infeksi waktu hamil
Bagaimana cara mengetahui kematian janin dalam kandungan ?
untuk mengetahui kematian janin dalam kandungan ibu harus selalu memperhatikan tanda-tanda berikut ini:
untuk mengetahui kematian janin dalam kandungan ibu harus selalu memperhatikan tanda-tanda berikut ini:
- Gerakan bayi tidak ada sebaiknya ibu memperhatikan gerakan bayinya setiap hari,apabila bayi tidak ada gerakan dalam sehari,maka segera periksa ke bidan atau okter kandungan terdekat.Normal gerakan bayi 1 hari itu minimal 10 kali.tidak adanya gerakan bayi juga merupakan salah satu tanda-tanda bahaya pada kehamilan
- Kenali tanda kritis bayi ibu harus paham bahwa sebelum gerakan bayi hilang didahului tanda kritis,seperti gerakan kuat maupun sebaliknya,semakin melemahnya atau pelan gerakannya
- Kehamilan yang tidak berkembang
ibu harus mencurigai jika kehamilannya tidak kunjung membesar atau usia kehamilan tidak sesuai dengan bulannya.jika ini terjadi segera periksakan meskipun itu belum waktunya.agar dapat diberikan pertolongan secepatnya. - Uteus menegang/menjadi kaku
o
Nyeri perut yang disertai syok.
Sebelum
terlambat ibu harus selalu menjaga dan memperhatikan kondisi
kesehatannya,dengan secara rutin memeriksakan kandungan,dan komsumsi makanan
bergisi serta hindari apa saja yang bisa menyebabkan bayi meninggal dalam
kandungan itu sendiri.
Jika terjadi bayi meninggaldalam
kandungan sebaiknya jangan terlalu lama untuk mendapatkan pertolongan,karena
kematian bayi yang lebih dari 2 minggu dalam kandungan akan mempengaruhi zat
pembekuan darah ibu.sehingga pada saat melahirkan bayi tersebut akan terjadi
pendarahan yang susah untuk dihentikan dan akan fatal akibatnya bagi ibu.segera
lahirkan jika sudah terlanjur janin meninggal jangan tunggu lama.
5 PENYEBAB UTAMA KEMATIAN IBU MELAHIRKAN
1.
PerdarahanPerdarahan yang tidak terkontrol menyumbang
sekitar 20%-25% kematian ibu sehingga merupakan risiko yang paling
serius.Kehilangan darah dapat terjadi selama kehamilan, selama persalinan, atau
setelah persalinan (post partum). Perdarahan post partum yang menyebabkan
kehilangan darah lebih dari 1.000 mL adalah penyebab utama kematian. Meskipun
dapat dicegah, tidak semua kasus perdarahan post partum dapat dihindari. Atonia
uterus (uterine atony), yaitu kondisi di mana otot rahim kehilangan kemampuan
untuk berkontraksi setelah melahirkan, adalah penyebab utama perdarahan post
partum. Penyebab lain yang lebih jarang adalah retensi plasenta (retained
placenta), di mana seluruh atau sebagian jaringan plasenta tertinggal di rahim.
Penyebab trauma termasuk luka, ruptur uterus, dan inversi uterus.Komplikasi
dari perdarahan postpartum termasuk hipotensi ortostatik, anemia, dan kelelahan,
yang dapat menyulitkan perawatan pasca melahirkan. Anemia post-partum
meningkatkan risiko depresi post-partum. Perdarahan post partum dapat ditangani
dengan pengelolaan yang melibatkan obat-obatan dan perawatan non obat.
2.
Eklampsia
Eklampsia adalah kondisi yang ditandai dengan gagal
ginjal, kejang, dan koma saat kehamilan atau pasca melahirkan, sehingga dapat
berujung pada kematian ibu. Eklampsia biasanya terjadi setelah trimester ketiga
kehamilan, mayoritas pada saat persalinan (intrapartum) dan 48 jam pertama
setelah melahirkan (postpartum).Eklampsia merupakan komplikasi berat dari
kondisi yang mendahuluinya, yaitu preeklampsia. Preeklampsia, juga dikenal
sebagai toxemia kehamilan, ditandai dengan hipertensi (tekanan darah tinggi),
proteinurea (protein dalam urin), edema (pembengkakan) umum, dan kenaikan berat
badan secara tiba-tiba. Preeklampsia dapat diidentifikasi pada masa kehamilan
dengan memantau tekanan darah, tes protein urin, dan pemeriksaan fisik. Deteksi
dini dan pengelolaan preeklampsia dapat mencegah perkembangannya menjadi
eklampsia.
3.
Sepsis
Sepsis maternal adalah infeksi bakteri yang parah,
biasanya pada uterus (rahim), umumnya terjadi beberapa hari setelah melahirkan.
Sepsis dapat menyebar dari rahim ke saluran tuba dan ovarium atau ke dalam
aliran darah. Infeksi yang terjadi setelah melahirkan ini juga dikenal sebagai
sepsis puerperalis. Penyebab utamanya adalah bakteri yang disebut Group A
Streptococcus (GAS) yang memasuki tubuh melalui kulit atau jaringan yang rusak
saat melahirkan.
4.
InfeksiInfeksi yang menyebabkan kematian ibu termasuk
dalam kelompok penyebab tidak langsung. Infeksi yang paling umum adalah
malaria, tuberkulosis, dan hepatitis. Ibu hamil yang terinfeksi
penyakit-penyakit tersebut biasanya memiliki gejala yang lebih parah dan
memiliki tingkat risiko tinggi keguguran, kematian janin, persalinan prematur,
berat badan lahir rendah, kematian bayi dan/atau ibu.
5.
Malaria merupakan infeksi parasit yang ditularkan oleh
nyamuk dan menewaskan lebih dari 1 juta orang setiap tahunnya. Penyakit ini
lebih umum pada wilayah Indonesia bagian timur. Malaria dapat dicegah dengan
obat-obatan yang tepat dan perangkat antinyamuk.
6.
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang termasuk dalam
target kedaruratan WHO sejak tahun 2005. Sekitar sepertiga dari populasi dunia
(diperkirakan sekitar 1,75 miliar) terinfeksi basil tuberculosis. Penyakit ini
dapat diperberat oleh kehamilan dan menyebabkan kematian ibu dan/ atau janin.
TB dapat disembuhkan dengan obat-obatan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol.
7.
Hepatitis
Hepatitis adalah infeksi virus yang menyerang fungsi
hati. Virus hepatitis B (HBV) adalah penyebab paling umum hepatitis pada ibu
hamil, namun virus hepatitis E (HEV) adalah yang paling dikaitkan dengan
peningkatan risiko kematian ibu. Hepatitis E akut dapat memberikan gejala
tiba-tiba dalam beberapa hari atau minggu sebelum kematian. Hepatitis dapat
dicegah dengan kewaspadaan, imunisasi, dan sanitasi yang lebih baik.
8.
Gagal Paru
Kegagalan pernafasan akut adalah salah satu penyebab
umum kedaruratan kebidanan yang berisiko kematian tinggi. Penyebab umum
kegagalan pernapasan akut adalah embolisme paru (pulmonary embolism) dan paling
sering terjadi pada periode setelah melahirkan (postpartum). Kehamilan
meningkatkan risiko embolisme paru karena peningkatan kemampuan untuk
membekukan darah (yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan saat
persalinan). Sayangnya, kemampuan ini juga meningkatkan risiko trombosis
(bekuan) darah yang secara mendadak menyumbat arteri paru-paru–kondisi yang
disebut embolisme paru.
Tanda-tanda embolisme paru termasuk sesak napas
tiba-tiba dan tanpa sebab, nyeri dada, dan batuk yang dapat disertai darah.
Embolisme paru dapat dikelola segera dengan obat-obatan anti trombosis dan
perawatan kedaruratan.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Justifikasi
kematian atau biasa dikatakan alasan atau penyebab kematian, seringkali
diabaikan. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa ada beberapa penyebab
kematian yang sebenarnya sering kita temukan namun kita abaikan.
Dalam
justifikasi kematian, diketahui penyebab umum kematian terdiri dari dua
prnyebab utama yakni kematian yang
disebabkan oleh individu tersebut dan juga kematiaan yang diesebabka oleh
faktor-faktor lainnya.
Salah
satu hal yang menarik dari justifikasi kematian adalah jumlah ibu dan anak yang
kematiannya semakin tahun semakin meningkat terutama pada ibu hamil.
Perlu
diadakan pengawasan terhadap hal-hal yang diduga menjadi penyebab kematian
terutama dalam kebidanan adalah kematian dari ibu dan anak.